Siapa sih yang tidak mau hidup sejahtera, terbebas dari
masalah keuangan? Hal ini dapat Anda capai melalui
perencanaan keuangan.
Bagaimana caranya? Ada 5 tahap penting yang perlu Anda
lakukan dalam perencanaan keuangan, yaitu:
1. Menentukan Tujuan Keuangan.
2. Menganalisa Kondisi Keuangan Sekarang.
3. Membuat Rencana Keuangan.
4. Melakukan Implementasi Dari Rencana Keuangan.
5. Monitor dan Evaluasi Berkala.
Menentukan Tujuan Keuangan.
Dalam buku "7 Habits of Highly Efective People", Steven R.
Covey menyebutkan bahwa salah satu kebiasaan orang yang efektif adalah "Memulai dari Akhir". Kebiasaan ini juga kita terapkan untuk perencaaan keuangan kita. Sejak tahap pertama kali merencanakan keuangan, kita harus menentukan apa sih tujuan
terakhir yang kita inginkan dari uang kita.
Mengapa harus memulai dari tujuan? Analoginya adalah seperti ini. Bayangkan bila kebetulan Anda memiliki waktu luang di hari Minggu, dan Anda hendak menghabiskannya di luar rumah. Awalnya Anda masih tidak memiliki tujuan yang jelas, yang penting bagi Anda adalah jalan-jalan di luar rumah saja. Jadi Anda keluar dari rumah, mengendarai mobil Anda tanpa arah yang pasti. Nah, di tengah jalan tiba-tiba baru Anda kepikir, oh iya minggu lalu saya ingin ke Mall A untuk membeli sesuatu. Namun karena Anda sudah menghabiskan banyak waktu untuk jalan-jalan tanpa tujuan, apalagi kalau posisi Anda sekarang justrulebih jauh dari Mall A, Anda akan membutuhkan lebih banyak
waktu untuk menuju Mall A.
Lain ceritanya bila sejak awal Anda masuk ke mobil, Anda sudah memiliki tujuan. "Saya ingin ke Mall A". Pada saat itu juga Anda akan "merencanakan" jalan mana yang paling
cepat untuk menuju ke Mall A. Anda akan tiba ke Mall A jauh lebih cepat daripada cerita sebelumnya.
Begitu pula ceritanya dengan keuangan kita. Apabila sejak awal kita sudah menentukan apa saja sih tujuan yang ingin kita capai dengan uang yang kita miliki, kita dapat membuat rencana keuangan yang sesuai, mengimplementasikannya sehingga akhirnya tujuan
kita bisa tercapai dalam waktu yang lebih cepat.
Apa saja sih tujuan keuangan? Berikut adalah tujuan-tujuan keuangan
jangka panjang:
1. Dana untuk membiayai pensiun dengan gaya hidup yang diinginkan.
2. Dana untuk membiayai pendidikan anak.
3. Perlindungan keluarga dari resiko finansial.
4. Warisan untuk anak.
5. Penghematan pajak.
Selain itu, juga ada tujuan-tujuan keuangan untuk jangka pendek,
seperti:
1. Membeli asset seperti rumah, mobil, elektronik, dan lain-lain.
2. Rencana liburan akhir tahun.
Ingat, kita harus SMART dalam menentukan tujuan keuangan kita.
Spesifik, Measurable, Achievable, Realistik dan Time-Frame.
1. Spesifik artinya kita harus dapat membayangkan tujuan kita secara detail. Misalkan untuk dana pendidikan anak, kita harus sudah dapat memperkirakan ke universitas mana anak kita akan mengambil gelar sarjana. Untuk dana pensiun kita harus sudah dapat membayangkan bagaimana kehidupan yang kita inginkan pada saat kita tua nanti.
2. Measurable artinya dapat diukur, dalam hal ini alat ukurnya adalah mata uang. Misalkan saja kita ingin membuat rencana untuk liburan akhir tahun, kita harus memperkirakan berapa banyak uang yang akan dibutuhkan untuk liburan kita nanti.
3. Achievable berarti dapat kita capai. Agar tidak menjadi pungguk yang merindukan bulan, sebaiknya tujuan keuangan disesuaikan dengan kemampuan keuangan kita.
4. Realitik berarti tujuan kita masuk akal, bukan merupakan khayalan yang tidak dapat diwujudkan dalam dunia nyata.
.5 Time Frame berarti kita harus memiliki jangka waktu yang jelas untuk mencapainya. Misalkan saja untuk dana pendidikan anak, kita harus tahu jelas kapan sang anak akan masuk ke universitas. Untuk rencana pensiun kita harus tahu pada umur berapa kita akan pensiun.
Tuliskanlah tujuan-tujuan keuangan yang Anda inginkan pada kertas, dan kemudian baca kembali tulisan Anda. Beri nomor urut pada tujuan-tujuan tersebut berdasarkan hal mana yang paling penting untuk Anda. Misalkan Anda menganggap anak Anda paling berharga untuk Anda, mungkin saja Anda memberikan nomor satu untuk dana pendidikan anak, kemudian nomor dua untuk perlindungan keluarga dari resiko finansial.
Mengapa perlu memberi nomor urut pada tujuan finansial? Karena keterbatasan pendapatan, ada kemungkinan kita TIDAK BISA mewujudkan seluruh tujuan finansial kita. Jadi kita hanya bisa memilih tujuan mana yang paling penting untuk kita. Untuk itulah gunanya nomor urut. Nantinya dalam membuat rencana, kita akan memulai dari tujuan
yang paling penting. Tujuan dengan nomor urut satu. Setelah rencana untuk tujuan pertama ini bisa tercapai, dan masih ada uang tersisa, baru kita membuat rencana untuk tujuan kedua. Dan begitu seterusnya.
TEMUKAN TEKNIK RAHASIA YANG
DISEMBUNYIKAN OLEH PARA
AHLI PIKIRAN UNTUK MENDAPATKAN APA
SAJA YANG ANDA
INGINKAN DENGAN MENGGUNAKAN
KEKUATAN PIKIRAN AKHIRNYA TERUNGKAP
Rahasia Paling Dahsyat dan eXtreme !!!!
Klik --->> RahasiaKekuatanPikiran
==============================
Rahasia Tersembunyi Metode Mencari Uang
di Internet Akhirnya Diungkap...
Jika Anda Bisa Mengetik dan Mengakses Internet, Anda Sudah Memiliki Syarat yang Cukup Untuk Menghasilkan Uang Melimpah dari Internet... Hanya Jika Anda Tahu Caranya!
Orang Kaya Tahu Bagaimana Caranya:
Mendapatkan Hasil Maksimal dari Uang Mereka
Memilih Jalur Investasi yang Paling
Mendanai Pendidikan Anak Ke Universitas Favorit
Mengamankan Harta Benda Dari Resiko
Melepaskan Diri Dari Hutang
Pensiun Tanpa Hidup Susah
Meninggalkan Warisan Milyaran Rupiah Untuk Keturunan
GRATIS Software Penarik Uang ATM Tanpa Mengurangi
Saldo Rekening Anda Seharga Rp.350.000,- Dibawah ini !
--
Firdaus Bangun
http://www.RahasiaBiLLioner.
http://www.RahasiaMiLLioner.
http://www.RahasiaSuperKaya.
Sunday, July 29, 2007
5 Tahap Perencanaan Keuangan Bagian (1)
Posted by PELUANG BISNIS ANDA at 10:44 AM 0 comments
Labels: TIPS Kelola Keuangan Anda
Monday, July 23, 2007
Memahami Pengukuran Return
Tujuan Semua Investasi adalah mendapatkan return. Investor umumnya menginginkan return positif dan setinggi mungkin. Return investasi yang negatif mengakibatkan total kekayaan seseorang investor berkurang. Sekedar return positif juga belum tentu memuaskan karena tidak selalu meningkatkan kekayaan riil investor.
Return Nominal dan Riil
Return investasi yang positif tetapi lebih kecil daripada inflasi periodik akan mengakibatkan total kekayaan investor bertambah secara nominal, tetapi berkurang secara riil.
Ilustrasinya, seorang investor yang hanya mendapatkan return sebesar 10% dalam satu tahun saat tingkat inflasi tahunan mencapai 12% akan mengalami penurunan kekayaan rill sebesar 2% (10%-12%), walupun jumlah uangnya secara nominal meningkat sebesar 10%, katakan dari Rp.100 juta menjasdi Rp. 110 juta. Maksudnya adalah daya beli dari uang Rp.110 juta adalah 2% lebih rendah daripada daya beli Rp100 juta setahun sebelumnya.
Secara umum, return riil adalah return nominal dikurangi tingkat inflasi. Agar daya beli tidak berkurang, return nominal sebuah investasi harus melebihi tingkat inflasi. Menghitung return untuk periode satu tahun tanpa setoran tambahan atau pengambilan uang relatif mudah, karena kita cukup mengurangi investasi akhir dengan investasi awal dan hasilnya dibagi dengan investasi awal.
Penghitungan return menjadi tidak sederhana lagi untuk investasi lebih dari satu periode investasi, atau jika risiko diperhitungkan.
Return Aritmetik dan Geometrik
Ada dua ukuran return nominal berdasarkan waktu yaitu aritmetik dan geometrik. Untuk menjelaskan perbedaan diantara keduanya, saya akan mengambil contoh yang paling sederhana yaitu periode investasi hanya dua tahun dan tidak ada penambahan atau pengambilan uang investasi.
Kasus 1
Misalkan seseorang berinvestasi dalam saham pada awal 2005 sebesar Rp100 juta. Pada akhir 2005, investasinya menjadi p200 juta dan tetap sebesar Rp200 juta pada akhir 2006. Berapa return rata-rata tahunan yang diperolehnya?
Pertama, kita menghitung return selama 2005 yaitu 100% (Rp100 juta menjadi Rp200 juta) dan return selama 2006 yaitu 0% (dari Rp200 juta menjadi tetap Rp200 juta). Secara aritmetik, return rata-rata tahunan menjadi 50% yaitu (100% + 0%)/2.
Masalahnya, jika return 50% setahun, uang Rp.100 juta mestinya menjadi Rp150 juta dalam satu tahun dan menjadi Rp225 juta setelah dua tahun dan bukan sebesar Rp200 juta seperti kasus kita.
Ukuran lain adalah return geometrik yang merupakan akar n (n= jumlah periode) dari nilai akhir dibagi nilai awal dikurangi 1 atau V(nilai investasi akhir/nilai investasi awal) - 1. (note. tanda V adalah akar dari, tanda / adalah bagi )
Dalam kasus 1 diatas, return geometrik adalah V(Rp200 juta/Rp100 juta)- 1 = 41,42%
Return geometrik akan sama dengan return aritmetrik jika dan hanya jika besar return untuk setiap periode, yaitu 2005 dan 2006 dalam contoh kita, adalah sama. Misalkan, dari Rp100 juta menjadi Rp200 juta dalam satu tahun dan Rp400 juta setahun kemudian. Dalam kasus 2 ini, return tahunan aritmetik dan geometrik adalah sama yaitu 100%.
Dalam semua keadaan lainnya, return geometrik dapat dipastikan lebih rendah daripada return aritmetik sehingga return geometrik sering disebut sebagai ukuran return yang lebih konservatif. Semakin besar perbedaan return antar periode, semakin besar perbedaan return geometrik dan return aritmetik.
Kasus 1, kasus 2, kasus 3,
Investasi awal 2005 = Rp100 juta
Nilai investasi akhir 2005 =Rp200 juta
Nilai investasi akhir 2006 = Rp200 juta, Rp400 juta, Rp100 juta
Return tahun 2005 = 100%.
Return tahun 2006 = 0%, 100%, -50%
Return tahunan Aritmetik = 50%, 100%, 25 %
Return tahunan Geometrik = 41,42%, 100%, 0%
Perbedaan return geometrik dan aritmetik paling besar pada kasus 3 karena perbedaan return 2005 dan 2006 paling besar pada kasus 3.
Untuk lebih jelasnya, saya akan melanjutkan contoh investasi saham diatas namun sekarang nilai investasi di akhir 2006 menjadi Rp100 juta (kasus 3). Return tahun pertama sama seperti kasus 1 dan kasus 2 namun return tahun ke dua adalah -50% karena investasi turun dari Rp200 juta di awal tahun menjadiRp100 juta di akhir tahun. Untuk return aritmetik, kita mendapatkan angka 25% yaitu [100% + (-50%)]/2. Sedangkan return geometriknya adalah 0% yaitu V(Rp100 juta/Rp 100 juta)- 1.
Mana yang Lebih Baik
Return rata-rata tahunan sebesar 25% (aritmetik) untuk mengukur kinerja investasi selama 2005 dan 2006 dalam kasus 3 adalah salah besar. Yang benar adalah tidak ada return selama dua tahun itu karena nilai investasi tidak berubah alias tetap yaitu Rp100 juta diawal 2005 dan Rp100 juta di akhir 2006.
Jelas sudah kalau return aritmetik tidak tepat untuk ukuran kinerja sebuah investasi. Meskipun demikian, jika ditanyakan berapa perkiraan return setahun kedepan dari incestasi yang kinerjanya seperti diatas, judtru angka 25% yang digunakan.
Seperti yang ditulis Bodie, Kane dan Marcus dalam bukunya Invesments, bahwa return aritmetik dapat digunakan untuk prediksi ke depan. Sementara untuk kinerja masa lalu, return geometrik adalah yang lebih tepat.
Jika dana yang diinvestasikan berubah-ubah karena ada penambahan atau pengambilan uang, kita mengenal konsep return lain yaitu return berdasarkan uang. Jika risiko investasi diperhitungkan, kita mengenal ukuran return yang disesuaikan dengan risiko (risk-adjusted return). Kedua return ini akan saya bahas pada kesempatan lain.
Tip dari saya, hati-hati membaca angka return dan tanyakan ukuran return apa yang digunakan.
Budi Frensidy
Bisnis Indonesia, 22 Juli 2007
Posted by PELUANG BISNIS ANDA at 8:28 AM 0 comments
Labels: Strategi Investasi